, JAKARTA — PT Freeport Indonesia (PTFI) memperkirakan produksi katoda dan emas masih mampu mencapai target dengan pasokan bijih tembaga yang tersedia saat ini. Meskipun demikian, produksi masih terhenti akibat kejadian longsoran di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC).
Kepala Eksekutif PTFI Tony Wenas menyatakan pihaknya masih fokus pada pencarian 5 dari 7 pekerja yang terjebak sejak kejadian tanah longsor terjadi pada Senin (8/9/2025) malam. Sementara itu, 2 pekerja sebelumnya telah ditemukan tetapi dalam kondisi meninggal dunia.
Oleh karena itu, sejak peristiwa tanah longsor terjadi hingga saat ini, aktivitas produksi dihentikan sementara dan fokus dialihkan pada upaya pencarian pekerja. Tony masih belum bisa memastikan besarnya penurunan produksi akibat kejadian tersebut.
“Maka mulai 8 September kita menghentikan produksi [bijih tembaga], tetapi masih ada konsentrat yang kemudian diproses, dijadikan katoda, dijadikan emas batangan, masih ada,” ujar Tony kepada wartawan, Kamis (2/10/2025).
Sejak awal tahun ini hingga 8 September 2025, sebelum proses produksi dihentikan, ia menyebutkan bahwa produksi telah mencapai 2/3 dari target yang ditetapkan. Dengan kata lain, tingkat produksi yang telah dicapai berada dalam kisaran 66% dari perhitungan bulanan.
“Tapi jika dilihat dari prosesnya, tahun ini sudah memasuki bulan ke-8, jadi jika itu 2 per 3, sudah mencapai 66% berdasarkan perhitungan bulanan. Jadi mungkin sekitar itu,” jelasnya.
Sebelumnya, perusahaan induk PTFI, Freeport-McMoran Inc. (FCX) memperkirakan penjualan tembaga dan emas dari PTFI pada kuartal IV/2025 akan mengalami penurunan atau lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelum insiden terjadi.
Selanjutnya, penjualan tembaga dan emas diperkirakan masing-masing mencapai 445 juta pound dan 345.000 ounce pada kuartal IV/2025.
Produksi tembaga dan emas PTFI pada tahun 2026 kemungkinan akan turun sebesar 35% dibandingkan perkiraan sebelum kejadian, yaitu sekitar 1,7 miliar pound tembaga dan 1,6 juta ounce emas.
Perusahaan tambang asal Amerika Serikat mengungkapkan bahwa operasi tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) yang dimiliki PT Freeport Indonesia (PTFI) di Papua Tengah diperkirakan baru akan pulih sepenuhnya pada 2027 setelah mengalami kejadian luncuran material basah pada Senin (8/9/2025).
FCX juga mengatakan, dampak dari kejadian tersebut akan menyebabkan penundaan produksi yang signifikan dalam jangka pendek atau pada kuartal IV/2025 dan 2026. Hal ini terjadi seiring proses perbaikan selesai dan dimulainya pemulihan operasi secara bertahap.
“Pemulihan hingga tingkat produksi sebelum kejadian bisa tercapai pada 2027,” tulis FCX dalam keterangan resmi yang dilansir Kamis (25/9/2025).
Di sisi lain, PTFI memprediksi bahwa tambang Big Gossan dan Deep MLZ yang tidak terkena dampak dapat kembali beroperasi pada pertengahan kuartal IV/2025, sedangkan proses restart dan peningkatan bertahap tambang GBC diperkirakan akan dimulai pada semester I/2026.
Pada semester pertama tahun 2026, proses pemulihan bertahap GBC diperkirakan akan dimulai di tiga blok produksi. Tiga blok tersebut adalah PB2 dan PB3, diikuti oleh blok ketiga PB1S pada semester kedua 2026, serta sisa dari PB1C pada tahun 2027. Menurut FCX, jadwal ini ditujukan untuk mengembalikan tingkat produksi ke perkiraan sebelum kejadian pada tahun 2027.